Kegiatan ini menjadi ruang belajar kolektif yang dirancang untuk memperkuat kapasitas akademisi, peneliti muda, pegiat sosial, mahasiswa, serta anggota gerakan masyarakat sipil dalam mengembangkan penelitian berbasis agraria kritis. Melalui pendekatan yang reflektif dan partisipatif, TPSA 2025 mendorong peserta untuk memahami secara mendalam kompleksitas problem agraria di Sulawesi Tenggara, mulai dari ekspansi investasi berbasis lahan, ekstraktivisme, pencaplokan lahan (land grabs), hingga dinamika gerakan sosial yang muncul sebagai respon terhadap ketimpangan struktural.
Selama tujuh hari pelaksanaan, peserta tidak hanya menerima materi teoritik, tetapi juga terlibat aktif dalam diskusi, pendampingan, dan coaching clinic yang menuntun mereka menyusun desain dan outline penelitian yang kokoh secara metodologis dan relevan dengan konteks sosial masyarakat. Kegiatan ini diharapkan dapat melahirkan penelitian-penelitian yang berkontribusi nyata terhadap kerja-kerja advokasi dan penguatan posisi masyarakat di tengah perubahan tata ruang dan ekspansi investasi yang masif di Sulawesi Tenggara.
Rangkaian TPSA 2025 dimulai dengan tahap penyusunan dan presentasi concept note, di mana peserta memaparkan ide awal riset mereka. Proses ini menjadi ajang eksplorasi gagasan, memperkaya pemahaman lintas disiplin, sekaligus memperkuat argumen penelitian berbasis pengalaman lapangan.
Selanjutnya, peserta mengikuti kelas materi utama yang terdiri atas beberapa blok pembelajaran, antara lain:
- Prinsip Filosofi dan Logika Penelitian Sosial dan Agraria Kritis,
- Konsep-Konsep Umum dalam Kajian Agraria Kritis (seperti ekstraktivisme, land grabs, dan gerakan sosial),
- Perumusan Masalah Penelitian dan Kajian Literatur, serta
- Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data.
Pada tahap akhir, peserta memperoleh kesempatan untuk mengembangkan desain riset mereka secara mendalam melalui sesi coaching clinic, kemudian mempresentasikan hasilnya di hadapan tim pelatih dan penanggap. Setiap presentasi akan dievaluasi berdasarkan tiga aspek utama: penguasaan konteks masalah, logika penelitian, dan metodologi penelitian.
Melalui kegiatan ini, diharapkan melahirkan peneliti-peneliti muda yang tangguh, kritis, dan berpihak pada kepentingan masyarakat. TPSA 2025 di Kendari bukan sekadar pelatihan akademik, melainkan sebuah upaya membangun tradisi riset kritis yang mampu membaca ulang relasi kuasa, ruang, dan sumber daya alam di tengah derasnya arus investasi dan transisi energi di Sulawesi Tenggara.
0 Komentar